Morning Tea [fiction]

Aku membuka mataku yang masih sangat berat karena aku tidur jam tiga pagi. Aku meraih ponselku untuk mengecek sudah jam berapa ini. Ah, ternyata baru empat jam aku tidur. Aku mulai meregangkan badanku karena jika aku langsung bangun pasti akan pusing sekali.

Saat aku mulai merasa kesadaranku cukup terkumpul aku melihat kondisi kamarku, matahari masuk lewat sela-sela jendela yang tertutup tirai. Aku mulai duduk dipinggir kasur dan mengecek semua pesan yang masuk. Ini masih pagi namun ponselku sudah ramai. Diantara pesan dari urusan kantor ada pesan lain yang menarik perhatianku.

Pagi cantik, semangat yaa hari ini. Semoga harimu menyenangkan
Aku tersenyum dan membalasnya dengan senang hati. Aku membuat teh rasa leci yang aku suka meskipun seseorang menghina teh ini dengan menyebut ini adalah teh yang rasanya seperti nutrijel, sial. Setelah meneguk sedikit teh hangat, aku berjalan menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri. Aku memakai sabun dengan wangi vanilla kesukaanku dan tidak lupa menambah body mist untuk menambah wangi dari tubuhku.

Aku berjalan keluar dari kamar mandi dengan mengenakan bath robe ku dan duduk di kursi meja makan sambil membuka laptop untuk membalas email serta pesan masuk yang tadi kuabaikan. Setelahnya aku mulai memakai baju dan bersiap untuk berangkat ke kantor. Setelah mengecek pakaian dan rambut, aku mengambil tas dan kartu untuk mulai perjalananku.

Matahari pagi yang menyinari hari ini terasa hangat menyapa kulitku yang lebih sering tertutup atap dari bangunan. Aku mencoba menarik napas panjang sebelum memulai perjalananku. Jarak antara tempatku berkerja dengan tempat tinggalku tidak terlalu jauh sehingga sering kali aku memilih untuk berjalan kaki, selain itu ini menghemat biaya yang bisa kupakai untuk hal lainnya.

Aku menikmati perjalananku pagi ini kerena kendaraan yang biasanya penuh didepan mataku, hari ini tidak sebanyak biasanya dan malah cenderung sepi. Sesampainya di kantor dan setelah menyapa orang-orang yang kutemui dijalan, aku langsung memasuki ruanganku dan menyalakan lampunya.

Ruangan kecil nan nyaman inilah tempatku membantu jiwa-jiwa yang sedang bersedih. Aku menikmati pekerjaanku, sangat menikmati. Meskipun tidak kupungkiri hal ini terkadang menguras emosiku dan pikiranku untuk beberapa kasus yang menurutku berat untuk kutangani. Aku senang dan sedih saat pertemuan terakhirku dengan mereka, aku senang karena mereka sudah bisa mencapai tujuan mereka dan sedih karena aku harus berpisah dengan mereka. Selama menggeluti pekerjaan dibidang ini aku semakin percaya bahwa sebagian besar manusia adalah orang yang baik namun banyak hal yang membuat mereka melakukan hal yang kurang baik.

Saat jam makan siang, aku makan bersama dengan teman kantorku. Kami biasa makan makanan di sekitar kantor atau jika kami malas berjalan kami memesan makanan dan makan bersama. Aku bersyukur berada dilingkungan yang seperti ini. Aku rasa memang aku cocoknya berada di lingkungan seperti ini. Aku dan salah satu temanku bernama Irish memiliki plan minggu ini untuk mendatangi panti asuhan yang aku bangun. Kami berencana ingin membuat pesta kecil-kecilan untuk anak yang ada disana. Biarpun tempatnya sederhana dan belum menampung banyak anak, aku bersyukur salag satu impianku sudah ku realisasikan.

Setelah jam kerjaku selesai, aku langsung kembali karena aku memiliki jadwal selanjutnya untuk hari ini. Diperjalanan aku bertemu dengan Embun, salah satu teman kecilku yang sering ada di taman sekitar sini.

"Embun! Liat kaka punya apa", kataku sambil mengeluarkan sebatang coklat yang memang sudah kusiapkan untuknya.

"Aaaa makasih Ka! Mbun sama Dede suka banget coklat!", aku mengelus rambutnya dan mengucapkan selamat tinggal. Aku melihatnya berlari ke arah Ibu dan Adiknya yang sedang duduk dipinggir jalan menunggu orang lewat memberikan sedikit harta mereka agar Mbun dan keluarga dapat makan hari ini. Setelah aku merasa tenang melihat Embun sudah bersama Ibunya dan Ibu Mbun juga menyapaku dari jauh, aku kembali berjalan ke tempat tinggalku.

Sesampainya di rumah, aku langsung mandi dan bersiap-siap untuk bertemu dengan soulmateku. Aku memakai celana jeans dan kaos kebesaran berwarna hitam, tidak lupa memakai ikat pinggang agar celana yang kebesaran ini tidak turun. Memakai pelembab dan lipstick merah gelap untuk mengurangi pucatnya mukaku. Tidak lupa aku menyemprotkan wewangian agar aku lebih terlihat pantas dan niat.

Lima belas menit kemudian kendaraan online yang kupesan datang. Aku langsung menaikinya dan berjalan menuju ketempat tujuanku. Sesampainya disana dia sudah ada disana, namun aku tahu betul dia juga belum lama sampai dilihat dari gelagatnya yang mencari dimana aku berada.

"Ceara!", teriakku memanggilnya. Dia berlari ke arahku dan memelukku.

"Anjir Kyra kangen banget gua sama lo"

"Eh bangke gua juga kangen anjir sama lo"

"Sialan lo bukannya hubungin gua sering sering. Mentang mentang udah punya keluarga lo yaa gua dilupakan"

"HAHAHAHA anjir kyr ga bermaksud gue, iyaya dulu tinggal bareng sekarang gua udah sama mas suami"

"Bener bener lo, gimana rasanya tinggal sama suami?"

"HMMM kita pesen makan dulu deh baru cerita"

Setelah lama bertukar cerita dan makan jam sudah menunjukan pukul sebelas malam. Aku menyuruh Ceara pulang karena takutnya dia mengalami kendala saat pulang, apalagi rumahnya cukup jauh dan suaminya sudah menunggunya dirumah. Ceara adalah temanku sejak awal masa perkuliahan, dia kembaran jauhku yang akhirnya dipertemukan saat kuliah. Kami sempat tinggal bersama sebelum akhirnya dia berkeluarga.

tring

Ponselku berbunyi dan aku yang sedang menunggu ini langsung mengeceknya. Ahh, ternyata temanku Alexa ingin menginap malam ini, kurasa dia sedang membutuhkan teman dan afeksi. Alexa aku datang.

"Raaaaa lama banget gua laperrrr", aku membalasnya dengan senyuman dan merangkulnya untuk masuk ke rumahku. Aku berganti pakaian dan mamanaskan makanan untuk Alexa. Setelahnya aku mengeluarkan sebotol minuman untuk menutup hari ini. Aku mendengarkan dan bercanda bersama dengan Alexa hingga larut malam. Indahnya hari ini.

Komentar

Postingan Populer