magic shop [fiction]
Aku memakai tudung hitamku dan membawa kotak besar berwarna merah berlapis emas. Berjalan menyusuri hutan terlarang dengan lentera yang sudah kuisi minyak penuh. Ditengah hutan yang gelap ini aku masih bisa merasakan kehadiran mahluk berbahaya disekitarku yang kutahu mereka bisa menyerangku kapan saja. Karena sejak awal aku memulai perjalanan ini aku sudah terluka karena serangan mereka berkali-kali. Untung tempat ini gelap jadi aku tidak bisa benar benar melihat seberapa banyak luka yang kudapatkan dari perkelahian bersama mahluk itu.
Jika kalian ingin tahu berapa lama sudah aku berjalan dalam hutan ini, aku sendiripun tidak tahu sudah berapa lama. Aku tidak tahu aku harus ke arah mana lagi, yang kulakukan hanyalah terus berjalan seperti seharusnya.
Seringkali saat mahluk itu mulai mengigiti tubuhku ingin rasanya aku menyerah dan membiarkannya memakanku saja. Namun ego ku tidak membiarkannya. Mereka membuatku terus berjalan dan bertahan meskipun saat sampai tempat tujuan aku hanya berbentuk tulang belulang saja.
Ditengah hutan ini aku masih dapat menikmati dan bersyukur akan keindahan dari kegelapan yang kudapatkan. Aku masih dapat melihat bulan dan bintang, meskipun tidak jarang juga hutan ini tertutup kabut tebal, sangat tebal. Disaat ada bulan yang menyinari perjalananku, aku dapat melihat bayangan yang menemaniku melewati hutan ini. Tidak bisa kusentuh atau kupeluk namun aku tahu bayangan itu terkadang muncul dan menemaniku. Itu saja sudah lebih dari cukup.
Seiring perjalananku, kotak yang kubawapun semakin terasa berat dan menyesakkan. Namun sayangnya kotak ini sudah tersambung dengan ragaku, tidak bisa kulepaskan ataupun kutinggalkan. Kotak yang sangat indah ini seringkali menipu para tumbuhan, mereka mengira ini adalah harta yang dapat ditukar dengan emas ataupun uang. Mungkin karena kotak yang kubawa memang terlihat mewah. Aku tidak menyalahkan mereka sih, toh memang ini yang kuingin tampilkan dari kotak milikku ini.
Saat ini aku memasrahkan diri dan terduduk diam, ntah apa yang kutunggu, aku tidak tahu. Disaat itulah dia datang, cahaya terang yang menuntunku kesebuah toko megah didalam kegelapan. Aku tidak menyangka aku benar benar akan menemukan tampat ini, aku tidak menyangka aku akan menemukannya sekarang. Aku disuguhi teh manis dan dingin serta beberapa cemilan yang sederhana namun rasanya sangat menakjubkan. Aku memakannya pelan-pelan karena takut akan cepat habis. Aku diberikan jubah putih dengan pinggir berwarna emas yang sangat terang, wangi, dan nyaman sekali dikenakan. Ruangan yang tidak panas dan tidak dingin ini sangat membuatku merasa nyaman dan mengantuk.
Aku mencoba melemaskan tubuhku dan menarik napas panjang. Setelah beberapa saat dia datang kembali dan menanyakan dimana kotak yang kubawa. Dia menjelaskan tentang tempat ini, namanya magic shop dan disinilah tempat orang orang seperti aku untuk kembali pulang setelah perjalanan panjang. Dia memuji kotakku yang terlihat indah ini dan bertanya apa yang aku siapkan untuknya. Aku menjawab isinya adalah memori, hati, dan jiwaku. Dia bertanya kembali apa yang aku inginkan sebagai gantinya. Aku menjawab aku ingin itu, aku tahu dengan pasti dia mengerti apa keinginanku. Dia bertanya sekali lagi untuk memastikan apakah benar itu yang aku inginkan, dengan yakin dan tanpa berlama-lama aku menjawab iya.
Dia menyuruhku untuk makan terlebih dahulu sebelum dia mengabulkan keinginanku. Aku diberikan makanan di piring cantik dan makanan yang sangat enak sekali. Ini adalah makanan ter-enak yang pernah kumakan seumur hidupku. Tidak lupa aku berterima kasih kepadanya dan dia membalasnya dengan anggukan dan senyuman.
Setelah aku berdiam ditempat itu selama empat puluh sembilan hari, dia membawaku kesebuah pintu diujung lorong. Dia memelukku dan itulah pelukan pertama yang kudapatkan seumur hidupku. Aku membalas pelukannya dan aku memasuki pintu itu dengan senyuman. Pintu yang dipenuhi cahaya terang dan indah, tempatku seharusnya berada.
Jika kalian ingin tahu berapa lama sudah aku berjalan dalam hutan ini, aku sendiripun tidak tahu sudah berapa lama. Aku tidak tahu aku harus ke arah mana lagi, yang kulakukan hanyalah terus berjalan seperti seharusnya.
Seringkali saat mahluk itu mulai mengigiti tubuhku ingin rasanya aku menyerah dan membiarkannya memakanku saja. Namun ego ku tidak membiarkannya. Mereka membuatku terus berjalan dan bertahan meskipun saat sampai tempat tujuan aku hanya berbentuk tulang belulang saja.
Ditengah hutan ini aku masih dapat menikmati dan bersyukur akan keindahan dari kegelapan yang kudapatkan. Aku masih dapat melihat bulan dan bintang, meskipun tidak jarang juga hutan ini tertutup kabut tebal, sangat tebal. Disaat ada bulan yang menyinari perjalananku, aku dapat melihat bayangan yang menemaniku melewati hutan ini. Tidak bisa kusentuh atau kupeluk namun aku tahu bayangan itu terkadang muncul dan menemaniku. Itu saja sudah lebih dari cukup.
Seiring perjalananku, kotak yang kubawapun semakin terasa berat dan menyesakkan. Namun sayangnya kotak ini sudah tersambung dengan ragaku, tidak bisa kulepaskan ataupun kutinggalkan. Kotak yang sangat indah ini seringkali menipu para tumbuhan, mereka mengira ini adalah harta yang dapat ditukar dengan emas ataupun uang. Mungkin karena kotak yang kubawa memang terlihat mewah. Aku tidak menyalahkan mereka sih, toh memang ini yang kuingin tampilkan dari kotak milikku ini.
Saat ini aku memasrahkan diri dan terduduk diam, ntah apa yang kutunggu, aku tidak tahu. Disaat itulah dia datang, cahaya terang yang menuntunku kesebuah toko megah didalam kegelapan. Aku tidak menyangka aku benar benar akan menemukan tampat ini, aku tidak menyangka aku akan menemukannya sekarang. Aku disuguhi teh manis dan dingin serta beberapa cemilan yang sederhana namun rasanya sangat menakjubkan. Aku memakannya pelan-pelan karena takut akan cepat habis. Aku diberikan jubah putih dengan pinggir berwarna emas yang sangat terang, wangi, dan nyaman sekali dikenakan. Ruangan yang tidak panas dan tidak dingin ini sangat membuatku merasa nyaman dan mengantuk.
Aku mencoba melemaskan tubuhku dan menarik napas panjang. Setelah beberapa saat dia datang kembali dan menanyakan dimana kotak yang kubawa. Dia menjelaskan tentang tempat ini, namanya magic shop dan disinilah tempat orang orang seperti aku untuk kembali pulang setelah perjalanan panjang. Dia memuji kotakku yang terlihat indah ini dan bertanya apa yang aku siapkan untuknya. Aku menjawab isinya adalah memori, hati, dan jiwaku. Dia bertanya kembali apa yang aku inginkan sebagai gantinya. Aku menjawab aku ingin itu, aku tahu dengan pasti dia mengerti apa keinginanku. Dia bertanya sekali lagi untuk memastikan apakah benar itu yang aku inginkan, dengan yakin dan tanpa berlama-lama aku menjawab iya.
Dia menyuruhku untuk makan terlebih dahulu sebelum dia mengabulkan keinginanku. Aku diberikan makanan di piring cantik dan makanan yang sangat enak sekali. Ini adalah makanan ter-enak yang pernah kumakan seumur hidupku. Tidak lupa aku berterima kasih kepadanya dan dia membalasnya dengan anggukan dan senyuman.
Setelah aku berdiam ditempat itu selama empat puluh sembilan hari, dia membawaku kesebuah pintu diujung lorong. Dia memelukku dan itulah pelukan pertama yang kudapatkan seumur hidupku. Aku membalas pelukannya dan aku memasuki pintu itu dengan senyuman. Pintu yang dipenuhi cahaya terang dan indah, tempatku seharusnya berada.
Komentar
Posting Komentar