mimpi buruk [fiction]
"AAAAAAAAA"
"Sayang kenapa?"
Aku terbangun dari mimpi burukku dan menangis. Dengan sigap dia memelukku dan menenangkanku.
"Mimpi buruk yaa?"
Aku menjawabnya dengan anggukan selagi masih di pelukannya yang hangat itu. Kemudian aku melepaskan pelukannya dan tersenyum kepadanya. Dia terlihat lega karena aku sudah tidak ketakutan lagi. Aku kemudian menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Ketika melihat kaca yang berada di depan westafel aku buru buru untuk cepat keluar dan menutup pintu.
"Ayo sarapan dulu sayang"
Aku mengikutinya berjalan seperti anak ayam yang mengikuti induknya. Ternyata dia sudah menyiapkan semuanya dengan sempurna. Aku sangat tersentuh melihatnya, kemudian kami makan bersama dan berbicara seperti tidak ada yang bisa mengganggu kesenangan kami. Sehabis makan dia melarangku untuk mencuci piring, biar dia saja katanya. Aku menurut dan berjalan keluar menuju kolam yang memang kami miliki dirumah kami. Mencelupkan kakiku kedalam air yang cukup dingin. Tapi ntah kenapa aku menikmati sensasinya.
Tiba tiba dari belakang ada tangan yang memelukku, aku tidak takut karena aku tahu itu dia. Aku bisa merasakan kehadirannya jika dia berada di dekatku. Kami bercengkrama sambil menggayunka kaki kami yang sudah basah karena masih kami masukkan kedalam kolam. Kami berimajinasi tentang masa depan, padahal andai dia tahu masa depan yang aku inginkan sudah ada didepan mataku dan suda ku genggam. Tapi biarlah itu menjadi rahasiaku.
Dia mengajakku keruang keluarga untuk menonton. Sebelum masuk ke dalam rumah dia mengambil handuk untuk mengelap kakiku yang basah. Aku hanya tersenyum dan mengelus rambutnya gemas. Secara tiba tiba dia menggendongku dan menurunkanku di sofa. Aku hanya tertawa melihat tingkahnya. Dia memilih film horor, agar aku memeluknya selama film berlangsung katanya. Padahal tanpa harus film horor aku pasti akan melakukannya, itu hal yang paling kusukai mengapa aku tidak melakukannya atau lebih tepatnya tidak ada alasan untukku tidak melakukannya.
Filmnya cukup menegangkan untukku. Setelah film selesai aku mulai mengantuk, anehnya mukanya menjadi aneh saat melihat aku mulai mengantuk, seperti sedih. Posisiku menjadi semakin kubuat nyaman dipelukannya dan aku melihatnya dan menatap mukanya.
"You are the cause of my euphoria"
Aku mengucapkan hal itu sambil memegang pipinya dan mengecupnya. Aku tersenyum padanya sebelum kembali menyelam dipelukannya. Semua terasa indah sampai sampai aku tidak ingin ini berakhir.
"Kamu yang sabar ya"
"Ini gamungkin"
"Tapi ini kenyataan"
"Tadi dia sama aku disini, dia meluk aku dan dia tidur dipelukkan aku"
"STOP! Dia udah gaada, dia udah tenang dialam sana, kamu harus kuat"
"GAMUNGKIN INI KEJADIAN! DIA MASIH DISINI! DIA MASIH HIDUP!"
"LO GAUSA GITU! KITA JUGA BERHARAP INI BUKAN KENYATAAN"
"Tapi gua masih ngerasa dia disini"
"Semua perlu waktu, Mami yakin kamu kuat ngelaluinnya"
Semua terasa sangat gelap dan tenang. Aku terus berjalan sampai melihat sebuah titik yang bersinar terang. Aku berlari menghampiri titik itu, berharap bisa keluar dari tempat gelap ini secepatnya. Sesampainya aku di depan pintu terang itu aku mendengar suara seseorang memanggil namaku dari arah kegelapan itu. Disaat itu juga pintu itu terbuka dan aku memilih untuk masuk kedalamnya, meninggalkan semua yang kumiliki menjadi kosong kembali.
"Sayang kenapa?"
Aku terbangun dari mimpi burukku dan menangis. Dengan sigap dia memelukku dan menenangkanku.
"Mimpi buruk yaa?"
Aku menjawabnya dengan anggukan selagi masih di pelukannya yang hangat itu. Kemudian aku melepaskan pelukannya dan tersenyum kepadanya. Dia terlihat lega karena aku sudah tidak ketakutan lagi. Aku kemudian menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Ketika melihat kaca yang berada di depan westafel aku buru buru untuk cepat keluar dan menutup pintu.
"Ayo sarapan dulu sayang"
Aku mengikutinya berjalan seperti anak ayam yang mengikuti induknya. Ternyata dia sudah menyiapkan semuanya dengan sempurna. Aku sangat tersentuh melihatnya, kemudian kami makan bersama dan berbicara seperti tidak ada yang bisa mengganggu kesenangan kami. Sehabis makan dia melarangku untuk mencuci piring, biar dia saja katanya. Aku menurut dan berjalan keluar menuju kolam yang memang kami miliki dirumah kami. Mencelupkan kakiku kedalam air yang cukup dingin. Tapi ntah kenapa aku menikmati sensasinya.
Tiba tiba dari belakang ada tangan yang memelukku, aku tidak takut karena aku tahu itu dia. Aku bisa merasakan kehadirannya jika dia berada di dekatku. Kami bercengkrama sambil menggayunka kaki kami yang sudah basah karena masih kami masukkan kedalam kolam. Kami berimajinasi tentang masa depan, padahal andai dia tahu masa depan yang aku inginkan sudah ada didepan mataku dan suda ku genggam. Tapi biarlah itu menjadi rahasiaku.
Dia mengajakku keruang keluarga untuk menonton. Sebelum masuk ke dalam rumah dia mengambil handuk untuk mengelap kakiku yang basah. Aku hanya tersenyum dan mengelus rambutnya gemas. Secara tiba tiba dia menggendongku dan menurunkanku di sofa. Aku hanya tertawa melihat tingkahnya. Dia memilih film horor, agar aku memeluknya selama film berlangsung katanya. Padahal tanpa harus film horor aku pasti akan melakukannya, itu hal yang paling kusukai mengapa aku tidak melakukannya atau lebih tepatnya tidak ada alasan untukku tidak melakukannya.
Filmnya cukup menegangkan untukku. Setelah film selesai aku mulai mengantuk, anehnya mukanya menjadi aneh saat melihat aku mulai mengantuk, seperti sedih. Posisiku menjadi semakin kubuat nyaman dipelukannya dan aku melihatnya dan menatap mukanya.
"You are the cause of my euphoria"
Aku mengucapkan hal itu sambil memegang pipinya dan mengecupnya. Aku tersenyum padanya sebelum kembali menyelam dipelukannya. Semua terasa indah sampai sampai aku tidak ingin ini berakhir.
"Kamu yang sabar ya"
"Ini gamungkin"
"Tapi ini kenyataan"
"Tadi dia sama aku disini, dia meluk aku dan dia tidur dipelukkan aku"
"STOP! Dia udah gaada, dia udah tenang dialam sana, kamu harus kuat"
"GAMUNGKIN INI KEJADIAN! DIA MASIH DISINI! DIA MASIH HIDUP!"
"LO GAUSA GITU! KITA JUGA BERHARAP INI BUKAN KENYATAAN"
"Tapi gua masih ngerasa dia disini"
"Semua perlu waktu, Mami yakin kamu kuat ngelaluinnya"
Semua terasa sangat gelap dan tenang. Aku terus berjalan sampai melihat sebuah titik yang bersinar terang. Aku berlari menghampiri titik itu, berharap bisa keluar dari tempat gelap ini secepatnya. Sesampainya aku di depan pintu terang itu aku mendengar suara seseorang memanggil namaku dari arah kegelapan itu. Disaat itu juga pintu itu terbuka dan aku memilih untuk masuk kedalamnya, meninggalkan semua yang kumiliki menjadi kosong kembali.
Komentar
Posting Komentar